Bimbingan sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada di sekolah.
§ Menurut Dewa Ketut Sukardi (1993: 11) mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.
§ Sedangkan menurut pendapat Abu Ahmadi (1991: 109) Bimbingan sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.
Inti dari pengertian bimbingan sosial yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi adalah, bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2005: 11) yang mengungkapkan bahwa bimbingan sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosialnya.
Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.
Dewa Ketut Sukardi (1983 : 173) mengungkapkan bahwa tujuan bimbingan dari guru di sekolah secara khusus yang ingin dicapai antara lain :
1. agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri,
2. memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan di dalam memahami lingkungannya termasuk lingkungan sekolah, keluarga, dan kehidupan masyarakat yang lebih luas,
3. memiliki kemampuan dalam mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang dihadapinya, dan
4. memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam pendidikan dan dalam lapangan kerja yang tepat.
Dalam hal apa dan bagaimanakah bimbingan konseling bisa berperan dalam peningkatan mutu pendidikan ? Jawabannya harus dimulai dari tiga hal yang bisamenjadi indikator dari kesuksesan pendidikan itu sendiri, yakni administrasi sekolah, pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan, dan tentu saja hasil yang diperoleholeh siswa. Secara nyata, bimbingan konseling mempunyai kaitan erat dengan ketigahal ini, sehingga bisa dilihat peran bimbingan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan.Pertama, kaitan antara bimbingan konseling dengan administrasi sekolah,dimana yang dimaksud dengan administrasi sekolah bukanlah aspek tata usaha,melainkan lebih pada aspek manajerial dan kepemimpinan sekolah. Tan (2004: 232)menyebutkan bahwa kesuksesan bimbingan konseling juga sangat tergantung padaadministrasi, kepemimpinan di sekolah, dan seluruh sumber daya yang ada disekolah. Secara khusus bimbingan konseling dan administrasi sekolah mempunyaihubungan yang bersifat mutualistik.
Administrasi sekolah membutuhkan bimbingankonseling dalam hal masukan, saran-saran, dam laporan-laporan yang terutama berkaitan dengan kebutuhan siswa, tujuannya adalah supaya terjadi peningkatanmutu dan layanan yang diberikan pihak sekolah terhadap siswa (Winkel, 2005: 85).Dengan melakukan bimbingan dan konseling pada siswa, pihak BK diharapkan mengerti dan memahami apa yang menjadi kebutuhan siswa secarakomperehensif untuk disampaikan pada pihak sekolah. Sedangkan bimbingankonseling juga terutama membutuhkan dukungan dan antusiasme dari pihak administrator sekolah baik dalam segi moral, etika, fasilitas, maupun profesionalitas.Dua kaitan ini sebenarnya mengindikasikan diperlukannya bimbingan konselingdalam hal meningkatkan kualitas layanan sekolah bagi siswa, baik dalam hal pendidikan maupun aspek pelayanan yang lainnya.
Kedua, kaitan antara bimbingan konseling dengan aspek pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Aspek pengajaran dan pembelajaran di sekolah identik dengan kurikulum yang ada, dimana kemudian tujuannya adalah menyediakan pengalaman belajar bagi siswa. Sedangkan bimbingan konseling membantu siswauntuk meresapi pengalaman belajar tersebut. Dengan kata lain, bidang pengajaranmenyajikan pengalaman belajar, sedangkan bimbingan konseling mengajak siswauntuk merefleksikan pengalaman belajar itu dalam konteks personal dan sosialnya(Winkel, 2005: 89).
Artinya dengan masukan dari bimbingan konseling, kurikulum bisa menjadi lebih personal bagi siswa. Bimbingan konseling juga dapat membantu peningkatan aspek pengajaran dan pembelajaran dalam hal pengembangankurikulum (agar sesuai dengan kebutuhan dan kapabilitas siswa) dan juga dalam penentuan penjurusan siswa, terutama agar penjurusan siswa tidak hanya didasarkan pada hasil tes IQ semata, tetapi juga memperhitungkan aspek minat, bakat, psikologis, dan kompetensi siswa.
Ketiga, keterkaitan antara bimbingan konseling dengan siswa. Dimanasesungguhnya, bimbingan konseling punya peran besar dalam meningkatkan kualitassiswa. Hal ini sejalan dengan tujuan utama dari bimbingan dan konseling di sekolahyakni untuk membantu individu (siswa) mengembangkan diri secara optimal sesuaidengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti: kemampuandasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti: latar belakangkeluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam hidupnya yang memiliki wawasan, pandangan,interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan dirisendiri dan lingkungannya (Prayitno, 2004: 114).
Bimbingan konseling bertugas untuk membantu siswa dalam hal perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis), mengenal diri sendiridan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarangmaupun kelak, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusunrencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu, serta mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah atau hubungan dengan orang lain, atauyang mengaburkan cita-cita hidup (Kartono, 2007). Dengan mengenal danmemahami siswa secara personal, psikologis maupun sosial, maka bimbingankonseling mengakomodasi keberagaman siswa, serta membantu siswa untuk mengalami pembelajaran yang terkait dan relevan dengan kehidupan mereka, dimanahal ini sejalan dengan prinsip-prinsip pendidikan yang kontekstual (Johnson, 2008:21).
Bimbingan konseling juga membantu siswa menemukan kapabilitas dankecerdasannya masing-masing tanpa diukur hanya dari IQ sebagai harga mati.Karena di dalam masing-masing siswa setidaknya tersimpan delapan kecerdasandasar yang bisa dioptimalkan dengan bantuan bimbingan konseling. Kedelapankecerdasan itu di antaranya kecerdasan linguistik, matematis-logis, spasial,kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan kecerdasan naturalis(Armstrong, 2004: 2-4). Bimbingan konseling juga dapat membantu siswa mengatasi permasalahannya dengan melakukan pemeliharaan pribadi dan mewujudkan prinsipkeseimbangan. Bimbingan konseling menjadi tempat yang aman bagi setiap siswauntuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya. Di sana menjadi tempatsetiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiapkebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua siswa juga dapat mengambil manfaatdari bimbingan konseling di sekolah, dalam rangka untuk lebih mengerti akan pribadi, kebutuhan, dan pergumulan anak mereka (Kartono, 2007)
Daftar Pustaka :
- Armstrong, Thomas, 2004. Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple I ntelligencesdalam Pendidikan. Bandung: Kaifa.Prayitno, & Erman Amti, 2004.
- Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling . Jakarta :RinekaCipta.Tan, Esther, 2004.
- Counselling in Schools: Theories, Processes dan Techniques.Singapore : McGraw Hill.Winkel, W.S. & M.M. Sri Hastuti, 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar