Sistem Pembekuan Darah

Peradaban manusia telah berusia ribuan tahun, dan selama itu pula pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi manusia berhasil menyingkap rahasia alam semesta dan menghasilkan berbagai teknologi. Namun, apa yang dihasilkan manusia ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan kehebatan dan kesempurnaan teknologi di alam.

Kekuatan teknologi dan peradaban manusia – yang merupakan simbol kekuatan, kecerdasan, kehebatan dan kedigdayaan mereka – dengan mudah terhempaskan oleh kekuatan alam seperti bencana gunung berapi, banjir, angin tornado, gempa bumi. Bahkan manusianya pun mudah dibuat lunglai tak berdaya, bahkan tak bernyawa, akibat serangan organisme yang tampaknya jauh lebih lemah dari dirinya, seperti virus, bakteri, jamur, dan sebagainya.

Demikianlah, ini berarti keberadaan serta keberlangsungan alam ini beserta seluruh isinya, termasuk tumbuhan, hewan dan manusia itu sendiri, tercipta dengan kecerdasan, kekuatan dan kekuasaan yang jauh lebih hebat dari manusia maupun makhluk lainnya. Inilah kekuasaan dan kekuatan Pencipta dalam mencipta dan berkehendak atas segala sesuatu, yang tak dapat dihadang oleh siapa pun, termasuk manusia itu sendiri. Seluruh seluk-beluk isi alam ini, termasuk tubuh manusia sendiri, telah dirancang dengan sengaja dan secara sempurna. Satu bagian kecil saja dari keseluruhan sistem yang mengatur tubuh manusia ini tidak berfungsi, maka ini akan membahayakan hidupnya. Di antara ratusan, atau bahkan ribuan, sistem yang ada pada tubuh manusia adalah sistem pembekuan darah.

Darah manusia sekilas tampak sederhana, cairan biasa berwarna merah. Seolah tak ada yang istimewa dari darah, dan seseorang mungkin berpikir bawah darah terbuat dari cairan biasa yang diberi pewarna merah. Namun fakta bahwa manusia akan sakit, bahkan mati, ketika kekurangan darah atau menderita kelainan darah menunjukkan bahwa darah bukanlah cairan biasa. Keseluruhan darah manusia yang berwarna merah terdiri atas bagian cair dan bagian padat yang terlarut atau tercampur dengan bagian cair tersebut. Bagian yang padat ini terdiri atas sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan platelet. Hemoglobin yang terdapat pada sel-sel darah merah yang melimpah inilah yang memberikan warna merah pada darah. Bagian yang cair merupakan larutan yang terdiri atas air, asam amino, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, hormon, elektrolit, dan sisa-sisa metabolisme sel. Seluruh campuran yang ada pada darah ini harus ada dalam keadaan seimbang, dalam jumlah yang sesuai keperluan tubuh, dan seluruh bagiannya harus berfungsi secara sempurna, termasuk sistem pembekuan darah. Ini semua telah diciptakan secara sempurna oleh Allah agar manusia dapat hidup dengan baik. 
Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.

Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil.

Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian.

Keping darah atau trombosit, yang merupakan unsur berukuran paling kecil penyusun sumsum tulang, sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Protein bernama faktor Von Willebrand terus-menerus mengalir dan berlalu-lalang ke seluruh penjuru aliran darah. Protein ini berpatroli, dengan kata lain bertugas memastikan bahwa tidak ada luka yang terlewatkan oleh trombosit. Trombosit yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang dapat mengumpulkan trombosit-trombosit lain di tempat tersebut. Sel-sel trombosit ini kemudian memperkuat luka yang terbuka tersebut. Trombosit lalu mati setelah melakukan tugas menemukan tempat luka. Pengorbanannya hanyalah satu bagian dari keseluruhan sistem pembekuan dalam darah.

Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini dihasilkan hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih atau kurang dari keperluan. Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir tepat pada saat yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua puluh zat kimia yang disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini dapat merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar terjadi luka pada jaringan tubuh. Segera setelah enzim-enzim pembantu proses pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang cukup, kumpulan protein yang disebut fibrinogen terbentuk. Dalam waktu singkat, terbentuklah benang-benang yang saling bertautan, saling beranyaman dan membentuk jaring pada tempat keluarnya darah. Sementara itu, trombosit atau keping-keping darah yang sedang berpatroli tanpa henti, terperangkap dalam jaring dan mengumpul di tempat yang sama. Apa yang disebut dengan gumpalan darah beku adalah penyumbat luka yang terbentuk akibat berkumpulnya keping darah yang terperangkap ini. Ketika luka telah sembuh sama sekali, gumpalan tersebut akan hilang.

 
MEKANISME PENUTUPAN LUKA:
Ketika luka pada tubuh mulai mengeluarkan darah, sebuah enzime yang disebut tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka bereaksi dengan kalsium dan protrombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang kemudian mengeras. Lapisan sel-sel paling atas akhirnya mati, dan mengalami penandukan sehingga membentuk keropeng. Di bawah keropeng ini, atau lapisan pelindung, sel-sel baru sedang dibentuk. Ketika sel-sel yang rusak telah selesai diperbaharui, keropeng tersebut akan mengelupas dan jatuh.

Sistem yang memungkinkan pembentukan darah beku, yang mampu menentukan sejauh mana proses pembekuan harus terjadi, dan yang dapat memperkuat serta melarutkan gumpalan darah beku yang telah terbentuk, sudah pasti memiliki kerumitan luar biasa yang tak mungkin dapat disederhanakan. Sistem tersebut bekerja tanpa kesalahan sekecil apa pun bahkan hingga pada bagian-bagiannya yang terkecil sekalipun.

Apa yang terjadi ketika terjadi sedikit gangguan pada sistem pembekuan darah yang bekerja secara sempurna ini? Misalnya, jika terjadi pembekuan dalam darah meskipun tidak terjadi luka, atau seandainya gumpalan darah beku tersebut mudah terlepas dari luka, apa yang akan terjadi? Hanya ada satu jawaban atas pertanyaan ini: dalam keadaan demikian, aliran darah ke organ-organ tubuh yang paling penting dan peka terhadap kerusakan, seperti jantung, otak dan paru-paru, akan tersumbat oleh gumpalan darah beku, dan kematian pun tak terelakkan.

Ini adalah kenyataan yang menunjukkan kepada kita sekali lagi bahwa tubuh manusia didesain dengan sempurna tanpa cacat. Sungguh mustahil menjelaskan sistem pembekuan darah dengan menganggapnya sebagai peristiwa kebetulan atau “perkembangan bertahap” sebagaimana pernyataan teori evolusi. Sistem yang dirancang dan diperhitungkan dengan hati-hati seperti ini adalah bukti kesempurnaan dalam penciptaan yang tak perlu diperdebatkan lagi. Allah, yang telah menciptakan dan menempatkan kita di bumi, telah menciptakan tubuh kita beserta sistem pembekuan darah yang melindungi kita dari banyak peristiwa luka yang kita alami sepanjang hidup.


Selembar jaringan otot khusus membungkus pembuluh darah. Ketika otot mengerut, pembuluh darah menyempit dan meningkatkan tekanan darah. Gambar di sebelah kanan adalah penampang pembuluh yang menyempit. Inilah sebabnya bagian dalamnya bergelombang (kiri). Di sekeliling pembuluh darah, terdapat sejumlah urat otot (merah) dan saraf (biru). 

Selain mengatasi luka yang dapat terlihat, pembekuan darah juga sangat diperlukan untuk memulihkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler dalam tubuh kita yang terjadi setiap saat. Meski tidak terlihat, terdapat pendarahan kecil di dalam tubuh secara terus-menerus. Ketika membenturkan lengan pada pintu atau duduk hingga kepayahan, ratusan pembuluh darah kapiler pecah. Pendarahan yang kemudian terjadi segera diatasi oleh sistem pembekuan darah, dan pembuluh kapiler dibentuk kembali seperti sedia kala. Jika benturan lebih keras terjadi, maka akan terjadi pendarahan yang lebih parah dalam tubuh dan menimbulkan luka memar yang umumnya disebut “turning purple” atau “berubah menjadi ungu”. Seseorang yang sistem pembekuan darahnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada penderita hemofilia, harus menghindari benturan sekecil apa pun. Penderita dengan hemofilia sangat parah tidak mampu hidup lama. Sebab, pendarahan kecil saja, misalnya akibat terpeleset dan jatuh, sudah cukup untuk mengakhiri hidupnya.

Kenyataan sederhana ini sudah sepatutnya mendorong setiap orang merenungkan keajaiban penciptaan dalam dirinya sendiri dan bersyukur kepada Allah, yang telah menciptakan tubuhnya dengan sempurna tanpa kekurangan sedikit pun. Tubuh ini adalah kenikmatan tersendiri yang Allah karuniakan kepada kita. Kita tidak mampu membuat satu saja dari keseluruhan sel pembentuk tubuh tersebut. Allah berfirman kepada manusia: Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)? (QS. Al Waaqi’ah, 56:57)
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Gunung Kemalanga [VESUVIUS ITALIA]

Gunung Vesuvius adalah lambang negeri Italia, khususnya kota Naples. Gunung berapi ini juga dikenal sebagai "Gunung Kemalangan". Ada alasan tepat mengapa dinamakan demikian. Sebuah kota yang dibangun di lerengnya bernasib serupa dengan kota Sodom (tempat kaum Nabi Luth bermukim). Kota yang dihancurkan karena pembangkangannya terhadap Allah dan perilaku menyimpang penduduknya ini bernama Pompeii.

Dahulunya, Pompeii dengan jalan-jalannya yang ramai merupakan kota tujuan wisata bagi masyarakat kelas atas Kekaisaran Romawi dan menjadi lambang kemakmuran. Gaya arsitektur rumah-rumahnya sungguh memukau. Penduduk Pompeii sangatlah makmur. Sayangnya, bukannya bersyukur kepada Allah atas kemakmuran itu, mereka malah menjadi bangsa berperilaku menyimpang yang berkubang dalam kemaksiatan, dan kota itu pun menjadi pusat kezaliman.

Pompeii sangat tersohor karena dua hal. Yang pertama adalah pertarungan gladiator di arena raksasa hanya untuk menghibur kaum kaya. Pertunjukan biadab ini hanya memiliki satu aturan: bertarung hingga mati. Arena bertarung terbesar kedua di Imperium Romawi setelah Coliseum di Roma adalah di Pompeii. Di tahun-tahun awal sejarah agama Kristen, arena itu menjadi saksi kematian manusia yang tak terhitung jumlahnya, hanya karena mereka beriman kepada Allah. Kekejaman yang sulit dipercaya ini menjadi hiburan terlaris bagi warga Pompeii yang hati nuraninya telah redup dan mati.

Ciri menonjol kedua Pompeii adalah penerapan sistem perbudakan paling tidak manusiawi, yang merajalela di seantero Kekaisaran Romawi. Budak yang membangkang perintah hanya akan bernasib satu: Mereka diperlakukan sebagai barang tak berharga, yang dapat dibeli dengan uang. Kezaliman sesungguhnya kaum bangsawan Pompeii terhadap budak adalah sesuatu yang lain: yakni memaksa mereka melacur! Perilaku laknat homoseksual di antara mereka sendiri berakhir pada pemerkosaan budak-budak di bawah umur.

  
Gelimpangan mayat-mayat yang terawetkan, ditemukan di bekas kota Pompeii. Pemandangan para korban mengisyaratkan betapa cepat dan mendadaknya bencana tersebut terjadi. Ini adalah peringatan berharga bagi orang-orang yang hidup setelahnya.

Singkatnya, kekayaan mereka malah merusak akhlaq warga Pompeii dan menggiring mereka ke lembah kenistaan dan kemaksiatan. Mereka tak pernah mengira apa yang bakal terjadi. Bencananya sungguh dahsyat hingga bekasnya dapat disaksikan sampai sekarang: bak mandi marmer besar di salah satu tempat pemandian yang ada di kota itu membentur sangat keras dinding di depannya, hingga menimbulkan bekas benturan yang besar dan dalam.


Meskipun letusan gunung Vesuvius sangat mengerikan, tak seorang pun berkesempatan untuk melarikan diri. Mereka membatu di tempat mereka berada.
Dalam sekejap, lahar gunung Vesuvius menghapus Pompeii dari muka bumi. Bencana itu terpendam dalam tanah hingga 2.000 tahun kemudian. Pada seperempat pertama abad ke-20, para arkeolog (ahli kepurbakalaan) mulai menggali sisa reruntuhannya dari bawah berton-ton batuan vulkanis. Apa yang mereka temukan adalah sejarah berusia 2.000 tahun yang benar-benar terawetkan. Bencana ini menimpa Pompeii sangat tiba-tiba hingga semuanya tetap dalam keadaan yang sama seperti 2.000 tahun yang lalu. Seolah perjalanan waktu telah terhenti.

Meskipun letusan gunung Vesuvius sangat mengerikan, tak seorang pun berkesempatan untuk melarikan diri. Mereka membatu di tempat mereka berada. Muka, bahkan gigi dari sejumlah tubuh ini masih utuh sama sekali. Hampir semua wajah mereka menampakkan mimik keterkejutan dan ketakutan. Terdapat sebuah keluarga yang sedang makan bersama membatu seketika itu juga. Bahkan makanan di atas meja ikut terawetkan. Yang paling luar biasa dari peristiwa ini adalah: Bagaimana ribuan orang menunggu ajal datang dan menjemput mereka, tanpa mereka menyaksikan dan mendengar apa pun?

Dahsyatnya malapetaka menunjukkan penghancuran Pompeii sangat menyerupai penghancuran yang dijelaskan Al Qur’an. Ketika peristiwa semacam ini dilukiskan Al Qur’an, dikisahkan bahwa orang-orang selalu ditimpa bencana dalam sekejap, di tempat mereka berada: Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati. (QS. Yaasiin, 36:29) Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang. (QS. Al Qamar, 54:31)
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Melanin Tak Hanya Warna

Sinar yang dipancarkan matahari mencapai bumi pada kecepatan 300.000 km per detik. Karena kecepatan sinar yang demikian inilah kita senantiasa dapat menyaksikan dunia yang penuh warna. Lalu, bagaimanakah aneka pemandangan berwarna yang terpampang di hadapan kita tanpa putus ini dapat terbentuk?


Sinar-sinar yang berasal dari matahari tersusun atas partikel-partikel yang dinamakan foton, yang bergerak sebagai gelombang. Ketika foton menumbuk elektron-elektron dari atom-atom penyusun benda di bumi, elektron-elektron ini melepaskan sinar-sinar bergelombang panjang tertentu, sesuai dengan warna yang dihasilkannya. Misalnya, ketika sinar mentari menerpa selembar daun, ini berarti foton-foton sinar tersebut menumbuk atom-atom molekul pigmen pada permukaan daun. Tumbukan mengakibatkan elektron-elektron dari atom-atom menjadi aktif, dan atom-atom tersebut pun bereaksi dengan mengeluarkan foton-foton. Jadi, foton-foton ini merupakan cahaya berwarna dari daun yang bergerak menuju ke mata kita.
Setelah menembus lapisan atmosfer dengan kecepatan luar biasa, sinar matahari mencapai bumi dan menumbuk benda-benda yang ada. Ketika menumbuk sebuah benda, sinar berkecepatan tinggi ini mengenai atom-atom penyusun benda tersebut, dan kemudian memantul berhamburan dalam bentuk kumpulan sinar dengan sejumlah panjang gelombang berbeda, sesuai dengan aneka warna yang dihasilkannya. Dengan cara inilah, majalah yang kini sedang Anda pegang, baris-baris tulisan serta gambar-gambarnya, pemandangan yang Anda saksikan di luar, pepohonan, gedung, kendaraan, langit, burung, kucing, singkatnya segala yang Anda saksikan dengan mata, memantulkan warna (sinar berwarna)-nya masing-masing.

Bagian benda yang menyebabkan warna-warna (sinar-sinar berwarna) ini terpantulkan adalah molekul-molekul pigmen dari benda tersebut. Dengan kata lain, warna yang dipantulkan sebuah benda tergantung dari jenis molekul pigmen yang ada pada benda tersebut. Setiap molekul pigmen memiliki struktur atom yang bebeda. Jumlah, jenis dan penyusunan atom-atom dalam molekul pigmen juga berbeda. Sinar yang menumbuk pigmen yang beragam ini dipantulkan dalam bentuk aneka warna dengan ketajaman yang berbeda pula. Sebagai contoh, warna sebuah apel hijau terkait dengan molekul pigmen yang menyusun apel. Di antara sinar-sinar yang menumbuk pigmen, hanya sinar hijaulah yang dipantulkan, karena sinar berwarna lain diserap oleh pigmen ini. Karena cahaya hijau terpantulkan, maka kita melihat apel berwarna hijau.


Kita dapat mengumpamakan molekul-molekul pigmen sebagai alat penyaring yang menyaring berdasarkan ukuran lubang pori-porinya. Sama halnya, pigmen menyaring panjang gelombang dari sinar-sinar yang mengenainya berdasarkan struktur sinar-sinar tersebut, dengan kata lain berdasarkan warnanya.
Ada banyak jenis pigmen di alam ini, di antaranya adalah klorofil (zat hijau daun), melanin, dan karotenoid. Karotenoid adalah zat pigmen yang dibuat oleh tumbuhan dan memantulkan warna kuning, merah dan oranye. Binatang dapat memperoleh pigmen-pigmen ini hanya dengan memakan tumbuhan. Satu contoh saja dari aneka pigmen ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa molekul pigmen telah dirancang khusus untuk kehidupan.

Melanin: lebih dari sekedar pewarna

Mata makhluk hidup sangatlah peka terhadap cahaya, dan mudah rusak karenanya. Tapi kita masih mampu melihat matahari dan sekeliling kita dengan aman berkat sejumlah perangkat pelindung yang secara khusus diciptakan oleh Allah. Salah satu perangkat ini adalah sekumpulan molekul pigmen yang ada di mata.

Sebagaimana diketahui, makhluk memiliki mata dengan warna beragam. Yang menjadikan mata berwarna adalah, sekali lagi, pigmen. Melanin adalah salah satu dari zat pigmen ini, yang terdapat pada mata, dan menjadikannya berwarna. Pigmen serupa juga menjadikan kulit dan rambut Anda berwarna. Tapi, melanin lebih dari sekedar memunculkan warna. Para peneliti yakin bahwa melanin, yang ada pada mata, memberikan perlindungan dari pengaruh sinar matahari yang merusak, sekaligus meningkatkan ketajaman penglihatan. Selain sebagai pelindung alami terhadap pancaran sinar atau cahaya yang membahayakan, zat melanin juga menyerap lebih kuat cahaya berenergi tinggi dari pada cahaya berenergi rendah. Jadi, melanin menyerap lebih kuat cahaya (warna) ultraungu (ultraviolet) daripada cahaya (warna) biru, dan menyerap warna biru lebih kuat daripada warna hijau. Dengan cara ini, melanin melindungi lensa mata dari cahaya ultraviolet.


Sinar matahari yang mencapai bumi di antaranya mengadung sinar-sinar berwarna. Ini terlihat ketika sinar tersebut terurai setelah melalui prisma. Sinar-sinar inilah yang memberi warna tertentu pada benda ketika sebagiannya diserap dan sebagiannya lagi dipantulkan benda ke mata kita.
Selain itu, melanin memberi perlindungan yang nyaris sempurna bagi retina dengan menyaring cahaya warna yang berbeda sesuai tingkat kemampuan masing-masing warna tersebut dalam merusak jaringan retina. Hal ini mengurangi bahaya terjadinya “degenerasi makula” atau kerusakan makula, yakni bagian tengah dari retina. Makula berperan dalam pemunculan penampakan bagian tengah yang jelas dari pemandangan yang kita lihat, dan berfungsi pula dalam kemampuan melihat bagian-bagian terperinci (terkecil) dari benda. Orang yang memiliki lebih banyak melanin pada mata berkemungkinan lebih kecil mengidap kerusakan makula daripada yang memiliki lebih sedikit. Peran melanin dalam melindungi mata sangatlah penting: para ahli mata melaporkan bahwa keberadaan melanin pada mata mengurangi bahaya kerusakan makula akibat penuaan.

Sebagaimana telah dipahami, masing-masing peran dan manfaat dari zat melanin memperlihatkan kita pada perancangan khusus dan istimewa dari zat ini. Sangat sulit diterima akal untuk berkata bahwa zat yang sempurna ini muncul menjadi ada karena peristiwa alamiah belaka, tanpa sengaja diciptakan. Allahlah yang telah menciptakan melanin, serta jenis pigmen lainnya, bahkan segala sesuatu di alam semesta, secara khusus untuk manfaat tertentu bagi kepentingan manusia. Mahasuci Allah Pencipta yang paling agung.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Atmosfer Penyaring Raksasa

Pernahkah Anda membayangkan, apa jadinya hidup di dunia yang gelap dan kabur? Sebuah tempat tanpa warna, semuanya hanya hitam dan abu-abu. Kehidupan semacam itu tentunya sangat menyiksa manusia. Namun, dunia ternyata sungguh sangat berwarna. Seluruh bagian dunia diciptakan dengan selaras dan dihiasi dengan bunga-bunga indah. Hutan yang hijau, danau biru, pegunungan menjulang dan lautan tak bertepi. Namun, tahukah Anda, bagaimana warna, salah satu keajaiban terbesar penciptaan, dapat terbentuk?

Agar warna terbentuk, syarat pertamanya adalah keberadaan sinar atau cahaya. Tanpa sumber penerangan ini Anda takkan mampu melihat aneka warna. Sebagai bukti, tanpa sumber penerangan lain, Anda yang sedang berada di dalam kamar takkan mampu melihat apa pun tatkala semua lampu listrik di kediaman Anda padam. Di tempat seperti ini, mampukah Anda melihat warna? Sudah tentu tidak. Yang Anda rasakan hanyalah hitamnya kegelapan.

Pita teramat tipis

Satu-satunya pancaran sinar yang mencapai bumi datang dari matahari. Dalam Al Qur’an, Allah mengajak kita memperhatikan matahari dan sinarnya dalam ayat: Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, (QS. Asy Syams, 91:1). Ini adalah isyarat bahwa ada sesuatu yang luar biasa dari sinar yang dipancarkan matahari. Ada apa dengan sinar matahari? Mari kita simak bersama.

 Meskipun tampak sebagai lapisan udara yang biasa saja, atmosfer ternyata merupakan penyaring raksasa. Penyaring ini tersusun atas lapisan-lapisan dengan fungsi pentingnya masing-masing. Kerapatan atom-atom atau molekul-molekul yang ada di atmosfer dan di ruang angkasa berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu, ketika memasuki atmosfer, cahaya terbiaskan dan terhamburkan karena menumbuk atom-atom penyusun atmosfer. Akibat tumbukan ini, cahaya mengalami penurunan kekuatan (intensitas) dan ketajamannya. Tapi justru cahaya yang terhamburkan inilah yang memungkinkan mata makhluk hidup mampu mengindra dunia berwarna. Di angkasa luar yang tidak beratmosfer, cahaya memiliki kekuatan yang mampu merusak mata. Selain itu, penghamburan ini mengakibatkan sinar inframerah-tepi tersebar meliputi atmosfer dan menjadikan bumi hangat.

Ketika mengamati sinar matahari, kita pahami bahwa sinar ini, sebagaimana segala sesuatu di alam semesta, diciptakan secara sangat seimbang agar kehidupan manusia dapat berlangsung. Bintang-bintang dan sumber penerangan lainnya di alam semesta menghasilkan beragam pancaran atau radiasi sinar yang dapat dikelompokkan berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya. Cakupan penuh gelombang radiasi di jagat raya, yang dikenal sebagai spektrum elektromagnetik, meliputi suatu rentangan dengan gelombang terpanjang 1025 kali lebih besar daripada gelombang terpendek. Energi elektromagnetik pancaran matahari kita, terbatasi dalam sepenggal bagian amat tipis dari spektrum ini. Sebagian besar pancaran sinar matahari, sekitar 70%, mempunyai panjang gelombang antara 0,3 hingga 1,50 mikrometer (1 mikrometer = 1/1.000.000 meter).

Untuk memahami betapa besarnya angka kisaran dari spektrum elektromagnetik, Anda harus menderet sebanyak 25 angka nol di belakang angka satu. Angka ini sungguh di luar bayangan manusia, namun sebanyak itulah ragam jenis sinar di alam semesta ini. Di antara begitu banyaknya jenis sinar, hanya ada satu pita teramat tipis berisi panjang gelombang yang memungkinkan manusia dapat hidup dan melihat warna. Dan panjang gelombang sinar yang dipancarkan matahari berada dalam kisaran sempit ini dan bukan kisaran yang lain.

Kenyataan ini membuktikan bahwa Allah telah menciptakan dunia, manusia, warna dan matahari dalam keserasian tertentu. Dalam ayat Al Qur’an, Allah berfirman: Dia... menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhan-mu,... (QS. Faathir, 35: 13)

Sang penyaring raksasa

Sinar-sinar pada daerah tepat di kedua sisi cahaya tampak, sampai ke bumi sebagai sinar inframerah dan ultraviolet. Sinar inframerah menghasilkan pancaran yang menjadikan dunia dapat dihuni makhluk hidup. Di lain pihak, sejumlah sinar ultraviolet dapat menembus atmosfer dalam jumlah yang tepat untuk menyediakan energi yang diperlukan makhluk hidup. Sebagian dari pancaran sinar matahari bersifat membahayakan makhluk hidup. Untuk menangkal bahaya ini, bumi kita dilingkupi oleh penyaring raksasa. Penyaring ini adalah atmosfer.

 Susunan cahaya sungguh mengejutkan para ilmuwan. Meski banyak sekali sinar-sinar dari ruang angkasa menerpa bumi, sinar dari matahari hanya tersusun atas kisaran yang amat sempit, sebagaimana tampak pada gambar. Dan inilah kisaran yang memang pas diperlukan untuk kehidupan.

Peran atmosfer tidak dapat diabaikan bagi kelangsungan makhluk hidup; atmosfer membiarkan sinar inframerah dan sinar tampak menembusnya, dan mencegah masuknya sinar-sinar mematikan lainnya. Michael Denton, seorang pakar biologi molekuler, menggambarkan hal ini sebagai berikut:

Bahkan gas-gas atmosfer sendiri menyerap dengan kuat radiasi elektromagnetik dari spektrum yang berada tepat di kedua sisi sinar tampak dan inframerah tepi. Ingat bahwa satu-satunya daerah dari spektrum yang dibiarkan menembus atmosfer di antara seluruh rentang radiasi elektromagnetik dari gelombang radio hingga sinar gama adalah pita yang teramat tipis ini, yang meliputi sinar tampak dan inframerah. Hampir-hampir tidak ada radiasi sinar gama, X, ultraviolet, inframerah jauh, dan gelombang mikro yang mencapai permukaan bumi. (Michael Denton, Nature’s Destiny, The Free Press, 1998, hal. 55)

Kesimpulan

Demikianlah, diperlukan sinar matahari sebagai prasyarat pertama agar kita mampu melihat warna. Meskipun demikian, tidak sembarang dan tidak semua sinar matahari menjadikan kita mampu melihat warna. Hanya sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu saja yang mampu menghasilkan warna, dan ini termasuk yang dibiarkan memasuki bumi oleh penyaring raksasa bumi: atmosfer.

 Panjang gelombang sinar-sinar dari angkasa luar dapat terdiri dari beragam jenis, dari gelombang radio, yang berpanjang gelombang terbesar, hingga sinar gama, dengan panjang gelombang teramat kecil.

Matahari, sinar yang dihasilkannya, dan atmosfer adalah benda tak hidup yang tidak memiliki akal maupun kecerdasan. Ketiganya tak memiliki kehendak untuk bermusyawarah dan memutuskan untuk saling bekerja sama dengan perannya masing-masing dalam rangka menjadikan dunia agar dihiasi aneka warna. Lalu, siapakah yang menetapkan dan menciptakan mereka sedemikian rupa agar warna yang indah memukau di dunia ini terbentuk? Siapa lagi kalau bukan Pencipta ketiganya, yakni Allah yang Mahakuasa.
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Memburu Setanisme

Rimba hijau, bunga beraneka warna, air terjun yang jatuh deras, gunung tinggi menjulang, padang rumput menguning, lautan luas dan keindahan lain yang tak terhitung di alam adalah karya seni sempurna yang diciptakan untuk umat manusia. Segenap karunia menakjubkan ini telah diberikan kepada manusia guna memberikan kesempatan bagi mereka untuk bersyukur. Namun ada pula musuh besar yang menghalangi manusia untuk bersyukur dan berusaha mempengaruhinya agar tidak mematuhi Allah dengan tiada henti memperdayanya dengan janji kosong. Musuh ini ingin agar manusia menjalani hidup penuh masalah, baik di dunia ini maupun di akhirat, dan untuk mencapai hal ini, dia akan terus berupaya tanpa henti hingga Hari Kiamat. Musuh pembangkang ini ingin menunjukkan kepada manusia bahwa penyimpangan, kejahatan, kekejaman, serta pelanggaran susila adalah wajar, dan ingin mengesahkan semua kejahatan itu. Dengan tujuan ini di benaknya, dia telah merumuskan ajaran yang berbahaya, yang mengandung segala bentuk gagasan jahat. Musuh yang ganas ini adalah setan, yang telah diusir dari hadapan Allah, sedang ajarannya yang membahayakan dan berdarah disebut Setanisme.

Dalam Al Qur’an, setan adalah sebutan umum bagi makhluk-makhluk yang tak kenal lelah bekerja siang dan malam, untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah, memperdayai manusia dengan janji kosong agar manusia menjalani hidup abadi di neraka, dan akan terus berusaha sampai Hari Akhir. Leluhur dan setan yang terbesar dari semua setan adalah Iblis, yang memberontak kepada Allah ketika Adam diciptakan. Allah menciptakan Adam dan menghendaki para malaikat bersujud di depannya. Sementara para malaikat mematuhi perintah Allah, sesosok makhluk bernama Iblis tidak bersujud dan menyatakan bahwa dia lebih baik daripada Adam. Karena pembangkangan yang sombong ini, dia diusir dari hadapan Allah. Dalam Al Qur’an, Allah berfirman tentang pembangkangan setan terhadap-Nya, dan pengusiran setan dari hadapan-Nya:

Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam." Maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis, "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." Allah berfirman, "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (QS. Al-A’raaf, 7: 11-13)

Sebelum menyingkir dari hadapan Allah, dia meminta kepada Allah agar diberi tenggang waktu untuk menyesatkan manusia, yang dianggapnya sebagai penyebab pengusirannya. Allah memberikan kepadanya tangguh hingga Hari Kiamat.

Iblis menjawab, "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan." Allah berfirman, "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." (QS. Al-A’raaf, 7: 14-15)

Maka, campur tangan Iblis terhadap umat manusia pun dimulai. Allah memerintahkan bahwa Iblis beserta mereka yang mengikutinya akan masuk neraka. Allah mewahyukan hal ini dalam Al Qur’an:

Iblis menjawab, "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus." “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” Allah berfirman, "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya." (QS. Al-A’raaf, 7: 16-18)

Jadi, Iblis, setelah diusir dari hadapan Allah, memulai segala kegiatannya yang akan terus berlangsung sampai Hari Akhir. Dia telah merasuki kehidupan manusia untuk memperdayai mereka dan menyesatkan mereka. Dia telah diam-diam memasukkan rasa was-was ke dalam hati mereka. Dia telah menipu banyak orang, dan ada pula manusia yang telah sepenuhnya ditariknya menjadi golongannya. Dengan mengetahui bahwa setan adalah musuh yang dapat mendekati manusia dengan begitu lihainya, kita harus waspada terhadapnya.

Langkah pertama untuk waspada adalah mengenali siapa setan. Bila kita memperhatikan setan untuk mengenalinya, kita pahami bahwa dia memiliki cara berpikir yang amat aneh dan rahasia. Pada dasar cara berpikirnya, yang mulanya tampak pada Iblis lalu disebarkan kepada para pengikutnya, terdapat kesombongan dan keangkuhan. Di satu sisi, Iblis menerima keberadaan Allah dan kekuasaan-Nya yang abadi, di sisi lain, dia membangkang terhadap-Nya. Keadaan ini sangat bertentangan. Bahkan setelah Iblis menyeru manusia agar mengingkari Allah, dia berkata bahwa dia takut kepada Allah dan meninggalkan orang-orang itu. Allah menjelaskan hal ini dalam Al Qur’an:

(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia, "Kafirlah kamu," maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata, "Sesungguhnya aku melepaskan diriku dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al Hasyr, 59: 16)

Setiap orang yang menolak firman Allah dalam Al Qur’an dan membuat penilaian sendiri tentang hal-hal yang telah ditentukan Allah mengenai perintah ilahi sebagai hal tak bermakna, adalah sama keadaannya. Seperti Iblis, orang-orang ini tahu bahwa Tuhan memang ada, namun karena kesombongan dan keangkuhan mereka, mereka menjatuhkan diri hingga derajat setan. Yang aneh adalah kedudukan orang yang mengikuti setan, yang mencoba dengan keangkuhan dan kedengkian mereka yang tak berkesudahan untuk menarik manusia ke jalan yang menuju laknat.

Sepanjang sejarah, orang-orang pembangkang, yang ingkar kepada Allah serta kehidupan setelah mati adalah selalu orang yang telah disesatkan setan. Mereka mengakui setan, bukan Allah, dan sudah menjadikan kesombongan, keangkuhan, dan kejahatan setan sebagai teladan bagi diri mereka. Jadi, Setanisme adalah jalan yang dipilih oleh orang yang telah disesatkan setan dan kini telah menjadi murid atau pengikutnya. Keadaan orang-orang ini adalah sebagaimana dilukiskan dalam Al Qur’an:

Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (QS. Al Mujaadilah, 58: 19)
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Rancangan Kristal Salju

Siapa saja yang mengamati serpihan salju dengan cermat dapat melihat bahwa serpihan salju ada dalam beragam bentuk. Diperkirakan bahwa satu meter kubik salju mengandung sekitar 350 juta kristal salju! Serpihan ini semuanya berbentuk heksagonal (segienam) dengan bentuk menyerupai kristal. Namun demikian, setiap butir kristal salju memiliki bentuk yang khas. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan terus mencari jawaban terhadap pertanyaan seperti: bagaimana bentuk-bentuk ini bisa terjadi, bagaimana masing-masing kristal bisa memiliki bentuk yang berlainan, dan apa yang menyebabkan bentuknya yang simetris. Setiap jengkal pengetahuan tambahan tentang hal ini, sekecil apa pun, selalu mengungkapkan kekaguman pada kristal salju. Keanekaragaman dan kesempurnaan rancang-bangun heksagonal pada kristal salju merupakan wujud keberadaan Allah sebagai sang Pencipta yang tak membutuhkan contoh (al Badi). Allahlah Yang membuat segala yang diciptakan-Nya menjadi sebaik-baik bentuk. Pembentukan kristal salju merupakan satu contoh kehebatan penciptaan oleh Allah yang tiada habis-habisnya.

Serpihan salju yang kecil dan tipis ini tampak seperti bintang berjarum-banyak atau kepala jarum yang amat kecil. Pembentukan serpihan salju sebagaimana terlihat dalam gambar ini benar-benar mengagumkan. Selama bertahun-tahun, struktur serpihan salju yang teratur telah menarik perhatian orang. Sejak tahun 1945, sudah dilakukan penelitian untuk mencari penentu apa saja yang memberikan bentuk akhir terhadap kristal tersebut. Satu serpihan salju adalah gundukan kristal yang terdiri atas lebih dari 200 kristal es. Serpihan salju tersusun dari molekul air yang terbentuk melalui tahapan pembentukan yang sempurna. Serpihan salju, salah satu keajaiban rancang-bangun sejati dari alam, terbentuk sewaktu uap air menjadi dingin saat melewati awan. Proses ini berlangsung sebagai berikut:

Saat melewati awan, molekul air yang terhamburkan ke mana-mana secara tidak teratur melalui uap air, mulai kehilangan gerakan acaknya karena menurunnya suhu. Setelah beberapa waktu, molekul air, yang bergerak lebih perlahan, mulai membentuk kelompok dan kemudian menjadi padat. Namun, tidak ada sedikit pun kekacauan dalam pembentukan kelompok ini. Sebaliknya, molekul-molekul ini selalu bergabung sebagai bentuk segi enam yang berukuran sangat kecil (mikroskopis) yang tampak mirip satu sama lain. Setiap serpihan salju pada mulanya terdiri dari satu molekul air heksagonal, kemudian molekul air heksagonal yang lainnya terikat dengan serpihan pertama ini. Menurut para pakar dalam bidang ini, penyebab utama yang menentukan bentuk serpihan salju adalah bahwa molekul air segi enam ini bergabung tepat seperti mata rantai dalam untaian. Selain itu, potongan-potongan kristal tersebut, yang seharusnya tampak sama, mengambil bentuk yang sangat berlainan tergantung pada suhu dan tingkat kelembaban.

Mengapa terdapat simetri heksagonal di dalam semua serpihan salju dan mengapa masing-masing berbeda satu dengan yang lain? Mengapakah bagian tepinya bersudut, dan bukannya lurus? Para ilmuwan masih mencoba menjawab pertanyaan ini. Namun, sejauh ini sudah jelas: Allah, yang tidak memiliki sekutu dalam mencipta, merupakan Pemilik kekuatan yang tak berakhir dan Sang Pencipta segala sesuatu tanpa contoh.

»»  baca lanjutannya sob .. ..

Mesin Turbin Gas Teknologi Kumbang

Pernahkah kita membayangkan saat sedang naik pesawat dan menikmati perjalanan di udara, tiba-tiba pilot mengumumkan bahwa salah satu mesin pesawatnya mati? Awak pesawat pun kemudian diketahui mengalami kesulitan menyalakan mesin kembali karena suhu udara luar terlalu dingin. Hal ini tentu saja akan membuat para penumpang ketakutan karena mungkin yang terbayang adalah jatuhnya pesawat yang tak lama lagi. Padahal, barangkali kita tengah berada pada ketinggian tak kurang dari 9.000 meter dari permukaan laut. Menakutkan bukan? Namun, jika kita mengikuti perkembangan teknologi kedirgantaraan, ketakutan itu mungkin takkan lagi berlebihan. Sebab, berkat keberadaan sejenis kumbang kecil yang berukuran sekitar 1,2 sentimeter, para peneliti teknologi mesin turbin gas pesawat kini terilhami untuk menghadapi keadaan sulit tersebut.

 
Kumbang bombardier “sang pemberi ilham” sedang menyemburkan senjata kimianya. Mesin turbin gas pesawat (Aerospace Engineering, Maret 2004)

Terkait dengan hal di atas, para ilmuwan dari Universitas Leeds Inggris yang didukung The Engineering and Physical Sciences Research Council, EPSRC (Badan Penelitian Ilmu Rekayasa dan Fisika, Inggris), mempelajari mekanisme pertahanan diri menggunakan teknik jet, yakni semburan atau pancaran gas kimia panas dari makhluk kecil bernama kumbang bombardier (bombardier berarti pengebom atau juru bom). Andy McIntosh, Profesor Termodinamika dan Teori Pembakaran di Institut Energi dan Sumber Daya, Universitas Leeds, Inggris, merupakan ketua kelompok penelitian yang baru dimulai ini. Dalam edisi terkini, Maret 2004, jurnal Aerospace Engineering (Teknik Penerbangan), Profesor McIntosh, yang juga anggota Royal Aeronautical Society, berkata seputar kajian yang direncanakan akan berlangsung tiga tahun ini:

“Mekanisme pertahanan diri kumbang bombardier menggambarkan bentuk pembakaran yang sangat efektif dan alamiah. Meniru mekanisme alamiah seperti itu merupakan bagian bidang biomimetika yang sedang berkembang, yang dengannya para ilmuwan belajar banyak dari seluk-beluk rancangan rumit yang sudah ada di alam. Memahami dengan lebih baik cara-kerja kumbang ini dapat mengarahkan kita pada pencapaian yang berarti dalam penelitian di bidang pembakaran”.


Berawal dari Kumbang


Kumbang bombardier mempertahankan diri dari musuh-musuhnya, yakni semut, katak, dan laba-laba, dengan menyemprotkan cairan panas mendidih yang bertekanan tinggi. Lantas, apa yang mendorong para ilmuwan untuk meneliti makhluk kecil ini? Menurut penemuan Profesor Tom Eisner dari Universitas Cornell, Amerika Serikat, dua zat kimia: hidroquinon dan hidrogen peroksida masing-masing dihasilkan oleh dua kelenjar terpisah pada tubuh sang kumbang, dan kemudian disimpan dalam sebuah tangki yang ada pada bagian perutnya. Ketika si kumbang merasa terancam musuh, otot-otot di sekitar tangki tadi akan menegang (berkontraksi) sehingga mendorong campuran bahan kimia keluar melewati katup pengendali otot, dan mengalir masuk ke dalam ruang reaksi yang berbentuk hati. Ruang reaksi yang juga disebut ruang ledakan ini merupakan kantung penyemprot dengan dinding yang tersusun atas sel-sel penghasil enzim katalase dan peroksidase. Di ruangan ini, reaksi kimia yang menghasilkan panas terjadi. Akibatnya, dihasilkanlah campuran panas mendidih berupa uap air dan zat kimia pedih beracun p-benzoquinon, dengan perantara enzim katalase dan peroksidase. Campuran ini keluar memancar dari tubuh kumbang bombardier dengan suhu mencapai 100 derajat celcius dan kecepatan semprot sekitar 500 denyut per detik. Uniknya, cairan yang membahayakan musuh ini tidaklah mencederai kumbang itu sendiri, karena bagian tubuh kumbang dilapisi dengan bahan anti-panas. Para ilmuwan termodinamika menjuluki perilaku pertahanan diri luar biasa ini sebagai pembakaran berdenyut. Dalam tulisan berjudul “Semprotan Pertahanan-Diri Kumbang Bombardier: Sebuah Jet Berdenyut Biologis” yang dimuat jurnal ilmiah Science, Jeffrey Dean dkk. memaparkan:

Semprotan pertahanan-diri dari kumbang bombardier Stenaptinus insignis disemburkan melalui denyutan cepat (sekitar 500 denyut per detik) dan bukan pancaran yang terus-menerus… Perangkat penyemprotan kumbang ini memperlihatkan kesamaan mendasar dengan cara-kerja pendorong jet berdenyut dari bom “dengung” milik Jerman pada Perang Dunia II… Moncong perut kumbang berperan sebagai menara-meriam yang dapat berputar, yang memungkinkan kumbang membidikkan semprotan ke segala arah… (Dean, J. et al (1990), Science, 248:1219-1221.)


Perangkat pembakaran berdenyut di dalam tubuh kumbang bombardier 
Kemampuan kumbang bombardier yang mengilhami para pakar penerbangan adalah bentuk moncong penyemprotnya yang memungkinkan cairan dibidikkan secara tepat ke arah musuh. Para ilmuwan berharap dapat menerapkan prinsip tersebut untuk menyalakan kembali mesin turbin gas pesawat ketika suhu udara luar telah mencapai 50 derajat celcius di bawah nol. Perlu diketahui bahwa semakin tinggi suatu pesawat terbang, maka udara akan memiliki kerapatan dan tekanan yang semakin rendah serta suhu yang semakin dingin. Hal inilah yang mengganggu kinerja mesin turbin gas pesawat terbang, padahal kerja suatu mesin turbin gas amat bergantung pada campuran udara dan bahan bakarnya. Jika udara terlalu dingin, maka kondisi ideal pembakaran yang terjadi pada ruang bakar mesin akan terganggu bahkan mati sama sekali.



Turbin-Pesawat Berteknologi Kumbang


Keistimewaan cara-kerja perangkat pertahanan diri kumbang bombardier nampaknya merupakan jawaban atas permasalahan mesin turbin gas pesawat di atas. Proyek penelitian Profesor McIntosh dkk. dijadwalkan mulai sejak Februari 2004, dengan judul “Belajar dari ledakan-ledakan terkendali di alam - Meniru perangkat ledakan katalitis dari kumbang bombardier”. Dengan dana sekitar 135 ribu poundsterling Inggris atau sekitar 1,35 miliar rupiah dari EPSRC, proyek ini bertujuan utama membuat tiruan teknologi penyala-ulang mesin, yang berupa proses pelewatan arus listrik kuat sepanjang celah kecil yang akan memicu ionisasi air dan uap air, sehingga terbentuklah gas panas (plasma). Gas panas yang memuai ini kemudian akan ditembakkan ke arah dalam, ke bagian mesin tempat dilakukannya penyalaan-ulang yang dapat terpicu karena keberadaan ion-ion gas tersebut (molekul-molekul radikal bermuatan listrik). Bagaimana caranya agar semprotan gas panas bisa menyembur cukup kuat dan tepat membidik sasaran sehingga penyalaan-ulang mesin turbin dapat berhasil? Menurut Profesor McIntosh, bentuk ruang pembakaran kumbang bombardier mungkin merupakan jawaban tepat untuk melakukan hal tersebut. Proyek penelitian ini melibatkan pemodelan numerik dan matematis menggunakan komputer, serta ditujukan awalnya untuk memahami ruang bakar kumbang bombardier yang panjangnya kurang dari 1 milimeter, termasuk bentuk dan ukuran moncong penyemprot senjata kimianya.

Teknologi siapakah yang paling hebat?

Sekilas dalam pandangan manusia, serangan balik kumbang bombardier saat mempertahankan diri dari para musuhnya hanya terlihat sebagai sekepul asap kecil dengan suara ledakan yang tidak seberapa. Tapi bagi para musuh kumbang bombardier, sekepul asap itu bisa berarti senjata ampuh yang menghalangi mereka memangsa kumbang bombardier. Sedangkan bagi manusia yang menelitinya, hal ini adalah jawaban atas permasalahan yang dihadapinya, yang telah Allah siapkan bahkan tatkala manusia belum mampu memahaminya.

Saat kita memikirkan secara mendalam fenomena alam yang nampak biasa saja di mata kita, di sanalah Allah akan mengajarkan kepada kita betapa sempurna ilmu dan ciptaan-Nya. Akan kita pahami bahwa teknologi Allahlah yang paling canggih, tak ada satu pun yang dapat menandingi-Nya. (dari berbagai sumber)
»»  baca lanjutannya sob .. ..

Ukuran Istimewa Bumi

Keberlangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi adalah seajaib penciptaannya. Semua ini dimungkinkan oleh keadaan khusus yang sengaja dirancang agar paling sesuai bagi kehidupan. Bahkan perubahan terkecil terhadapnya dapat mengakibatkan bencana besar.

Bumi, yang juga dijuluki sebagai Planet Biru, diciptakan secara ajaib dengan sifat istimewanya yang tak terhitung. Semua ini demi menjaga berlangsungnya kehidupan di atasnya. Berkat sifat-sifat ini, yang tidak dimiliki oleh planet-planet tetangganya, bumi menyediakan tempat yang luar biasa nyaman dan indah untuk hidup.

Ukuran bumi bukan kebetulan

Selain jaraknya dari matahari, kecepatan berputarnya, atau ciri permukaannya, bumi juga memiliki ciri penting lain, yakni massanya. Ketika mencermati planet-planet yang ada, akan kita dapati perbedaan massa yang besar. Merkurius, misalnya, berukuran hanya 8% dari massa Bumi, sementara Jupiter 318 kali lebih besar. Apakah ukuran Bumi dibandingkan dengan planet lain merupakan suatu ‘kebetulan’?

Ketika mengamati ukuran Bumi, akan dengan mudah kita lihat bahwa planet kita ternyata memang telah sengaja dirancang agar pas seukurannya yang sekarang ini. Besarnya gaya gravitasi planet, termasuk gravitasi Bumi, ditentukan oleh ukurannya. Semakin besar ukuran sebuah planet, semakin besar pula gravitasinya, begitu pula sebaliknya. Karena itu, besarnya gaya gravitasi bumi yang sudah tepat ini tak terlepas dari ukurannya yang memang sudah pas. Ahli geologi Amerika, Frank Press dan Raymond Siever, mengulas betapa tepatnya ukuran Bumi:

Dan ukuran Bumi benar-benar sudah tepat – [ukurannya] tidak terlalu kecil sehingga akan menyebabkan hilangnya atmosfer akibat gravitasinya yang terlalu lemah untuk mencegah gas-gas lepas ke angkasa, tidak pula terlalu besar sehingga gravitasinya akan menahan terlalu banyak atmosfer, termasuk gas-gas berbahaya. (F. Press, R. Siever, Earth, New York: W. H. Freeman, 1986, hal 4)

Seandainya terdapat lebih banyak oksigen...

Ciri fisik bumi seperti massa, struktur, suhu, dan sebagainya, benar-benar sesuai bagi kehidupan. Namun, ciri semacam itu saja tidak cukup untuk memungkinkan berlangsungnya kehidupan di Bumi. Penentu teramat penting lainnya adalah susunan atmosfer.

Atmosfer Bumi merupakan campuran uap air dan gas-gas yang terdiri atas 77% gas nitrogen, 21% gas oksigen dan 1% gas karbon dioksida. Oksigen sangat penting bagi kehidupan karena gas ini terlibat dalam hampir semua reaksi kimia yang menghasilkan energi yang diperlukan oleh makhluk hidup tingkat tinggi seperti manusia. Hal menarik di sini adalah bahwa kadar oksigen dalam udara yang kita hirup ditentukan dengan sangat tepat. Dalam bukunya Nature’s Destiny: How the Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, profesor mikrobiologi terkenal Michael Denton menulis:

Dapatkah atmosfer Anda mengandung lebih banyak oksigen namun tetap mendukung kehidupan? Tidak! Oksigen adalah unsur yang sangat mudah bereaksi. Bahkan kandungan oksigen di atmosfer yang sekarang, yakni 21%, sangatlah mendekati ambang batas yang aman bagi kehidupan pada suhu lingkungan. Kemungkinan terjadinya kebakaran hutan meningkat sebesar 70% untuk setiap kenaikan 1% kandungan oksigen dalam atmosfer. (Michael Denton, Nature's Destiny: How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, The New York: The Free Press, 1998, hal. 121)

Kandungan oksigen di atmosfer yang berada tetap pada angka ini adalah hasil dari peristiwa ‘daur ulang’ yang hebat: Hewan terus-menerus menggunakan gas oksigen dan mengeluarkan gas karbon dioksida yang tidak dapat mereka hirup. Tumbuhan malah melakukan hal sebaliknya: mengambil karbon dioksida yang mereka perlukan untuk hidup, dan melepaskan oksigen. Tumbuhan membebaskan jutaan ton oksigen ke atmosfer setiap harinya. Dengan adanya serangkaian peristiwa ini, kehidupan pun dapat terus berlanjut.

Tanpa kerjasama dan keseimbangan antara dua kelompok makhluk hidup ini, planet kita takkan dapat dihuni. Misalnya, jika makhluk hidup hanya mengambil karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, maka atmosfer Bumi akan lebih banyak mengandung oksigen. Tingginya kadar oksigen ini akan lebih memudahkan munculnya nyala api dan peristiwa pembakaran daripada biasanya. Akibatnya, percikan api kecil saja sudah mampu memicu kebakaran besar. Demikian pula, jika kelompok hewan dan tumbuhan sama-sama menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida, maka jumlah oksigen semakin lama akan semakin menipis. Pada akhirnya, makhluk hidup akan musnah di saat semua oksigen telah habis.

Namun, keseimbangan kehidupan telah ditetapkan dengan sempurna sehingga oksigen di atmosfer selalu dalam kadarnya yang tepat bagi kehidupan. Keseimbangan yang dirancang tanpa cacat, yang senantiasa sempurna di setiap detiknya, sekali lagi memperlihatkan ilmu dan kekuasaan tak berbatas dari Penciptanya. Tuhan seluruh alam, Pencipta langit dan bumi ini adalah Allah yang Mahakuasa, yang telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita semua. Allah mengajak manusia untuk merenungkan kebenaran ini dalam ayat Al Qur’an:

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin?... (QS. Luqman, 31:20)(hy)

»»  baca lanjutannya sob .. ..

Kendaraan Canggih Perahu Nabi Nuh

Dari judulnya, mungkin sebagian mengira tulisan ini akan memaparkan kisah khayal perahu Nabi Nuh yang dapat terbang; atau pesawat ruang angkasa menyerupai perahu Nabi Nuh. Barangkali ada pula yang menyangkanya sebagai gagasan cerdas masa depan. Yakni saat kemajuan teknologi sudah mampu membuat pesawat canggih mirip perahu Nabi Nuh, yang sanggup mengangkut manusia sekaligus aneka jenis satwa.

Namun, yang diketengahkan di sini sungguh jauh lebih mengagumkan dari itu semua. Kendaraan supercanggih ini bahkan mungkin tak pernah terlintas dalam pikiran kita. Alat pengangkutan tersebut sudah ada sejak ribuan bahkan jutaan tahun lalu. Pesawat ruang angkasa ini berukuran jauh lebih besar dari perahu Nabi Nuh, sehingga mampu mengangkut miliaran manusia, miliaran hewan, bahkan miliaran tumbuhan. Tak selazim kendaraan udara mana pun, pesawat raksasa ini tak memiliki sayap, baling-baling, ekor, roda, mesin, kemudi; bahkan tak perlu bahan bakar. Hebatnya lagi, meskipun berbentuk bulat mirip telur, kecepatannya jauh melebihi laju terbang pesawat jet mana pun.

Sekarang kita sudah dapat menebak, apa yang dimaksud pesawat supercanggih di atas. Apa lagi kalau bukan Bumi kita, si Planet Biru yang telah ribuan tahun menjelajahi ruang angkasa.

Bumi terbang mengelilingi matahari sembari berputar pada porosnya sendiri. Sulit dipercaya, pesawat ruang angkasa yang Anda tumpangi sejak lahir ini mengitari porosnya secepat 1670 km/jam (=464 m/detik). Lebih mengejutkan lagi, kecepatan terbangnya melingkari matahari mencapai 108000 km/jam (=30000 m/detik). Ini sekitar 60 kali lipat kecepatan peluru pistol. Belum lagi perjalanannya bersama matahari ke arah bintang Vega dengan kecepatan 200 km/detik !

Luar biasa, kita benar-benar sedang menumpang pesawat ruang angkasa superkilat yang mampu membawa kita menempuh jarak Jakarta-Surabaya dalam waktu kurang dari 5 detik! Anehnya, kita tidak merasakan getaran atau goncangan sedikit pun akibat gerakan supercepat Bumi tersebut. Kita bahkan dapat tidur lelap, bersantai, berjalan, bermain, dan melakukan kerja apa pun dengan aman dan nyaman di permukaannya. Ini benar-benar mengisyaratkan kehebatan perancangan pesawat ruang angkasa raksasa supercepat yang bernama Bumi.

Sekelumit pengetahuan di atas sudah cukup bagi kita untuk memahami kehebatan sang Perancang Bumi. Padahal, masih banyak beragam misteri di Planet Biru ini yang belum kita ketahui, yang dapat mengantarkan kita kepada kebesaran Allah, sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan Bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan Bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di Bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan Bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al Baqarah, 2:164) (cs)

»»  baca lanjutannya sob .. ..