Zakat Jagung
Hasil Bahts Masail PWNU Jatim 1990 di PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi
Pertanyaan:
Zakat fitrah dengan jagung apakah yang berupa butir jagungnya atau beras-jagungnya dan berapa ukuran masing-masing?
Jawaban:
Zakat fitrah dengan jagung adalah boleh dengan butir jagungnya, juga boleh dengan berasnya, sedangkan ukurannya satu sha’ Nabawi, menurut kitab Fathu al-Qadir, karangan K.M Ma’sum bin Ali adalah 2719,19 gram = 2 kg 7 on + 19,19 gram.
Dasar Pengambilan Hukum:
1. Fatchu al-Wahhab, Juz I, HLm. 107
(وَ) يُعْتَبَرُ فِيْمَا ذُكِرَ (الْحَبُّ) حَالَةَ كَوْنِهِ (مُصَفًّى) مِنْ تِبْنِهِ بِخِلاَفِ مَا يُؤْكَلُ قِشْرُهُ مَعَهُ كَذُرَةٍ فَيَدْخُلُ فِي الْحِسَابِ، وَإِنْ أُزِيْلَ تَنَعُّمًا كَمَا يُقْشَرُ الْبُرُّ اهـ
"Disyaratkan dalam hal yang telah di sebutkan diatas, biji tersebut keadaannya harus bersih dari jeraminya. Berbeda dengan biji yang dimakan beserta dengan kulitnya seperti jagung, maka termasuk dalam hitungan meskipun dihilangkan kulitnya agar lebih enak dan ditumbuk seperti gandum yang dihilangkan kulitnya".
2. I'anatu al-Thalibin, Juz II, Hlm. 160-161
فَإِنْ كَانَ يُؤْكَلُ مَعَهُ فِي الْغَالِبِ كَذَرَّةٍ فَلاَ يُعْتَبَرُ تَنْقِيَتُهُ مِنْهُ فَيَدْخُلُ قِشْرُهُ فِي الْحِسَابِ وَأَمَّا غَيْرُ الْقُوْتِ فَيُعْتَبَرُ بُلُوْغُهُ خَمْسَةَ أَوْسُقٍ حَالَ كَوْنِهِ تَمْرًا إِنْ تَتَمَّرَ الرَّطْبُ أَوْ حَالَ كَوْنِهِ زَبِيْبًا إِنْ تَزَبَّبَ الْعِنَبُ، وَإِنْ لَمْ يَتَتَمَّرِ اْلاَوَّلُ أَوْ لَمْ يَتَزَبَّبِ الثَّانِي: فَيُعْتَبَرُ ذَلِكَ حَالَ كَوْنِهِ رَطْبًا أَوْ عِنَبًا، وَتُخْرَجُ الزَّكَاةُ مِنْهُمَا فِي الْحَالِ. (قَوْلُهُ: وَاعْلَمْ أَنَّ اْلاَرُزَّ) وَمِثْلُهُ الْعَلَسُ بِفَتْحَتَيْنِ، وَهُوَ نَوْعٌ مِنَ الْحِنْطَةِ. قَالَ فيِ التُّحْفَةِ: وَهُوَ قُوْتُ نَحْوِ أَهْلِ صَنْعَاءَ فِي كُلِّ كَمَامٍ حَبَّتَانِ وَأَكْثَرَ.
"Jika kulitnya ikut dimakan seperti jagung, maka tidak diharuskan bersih dari kulitnya. Kulit biji tersebut masuk dalam hitungan. Adapun selain makanan pokok harus mencapai 5 wasaq ketika telah menjadi kurma kering untuk ruthob atau anggur kering untuk anggur basah. Jika belum menjadi kurma kering atau anggur kering maka digambarkan pada saat masih berupa ruthob atau anggur basah dan zakatnya dikeluarkan seketika itu. Ketahuilah bahwa padi dan yang sejenisnya seperti gandum ‘asal, selah satu jenis gandum. Mushonif berkata dalam kitab at-Tuhfah, gandum ‘asal adalah makanan pokok dari penduduk Shon’a. Pada setiap kelopaknya terdapat dua biji atau lebih".
3. Bafadlal, Juz II, Hlm. 100
وَالْوَاجِبُ عَنْ كُلِّ رَأْسٍ صَاعٌ وَهُوَ قَدْ حَانَ بِالْمِصْرِ اْلاُسْبُعِى مُدٌّ تَقْرِيْبًا. هَذَا فِيْمَا يُكَالُ. اَمَّا مَا لاَ يُكَالُ اَصْلاً كَاْلاَقِطِّ وَالْجُبْنِ فَخِيَارُهُ لِلْوَزْنِ. (قَوْلُهُ هَذَا يَعْنِى اَنَّ الْعِبْرَةَ بِالْكَيْلِ فِيْمَا يُكَالُ وَاِنْ زَادَا وَنَقَصَ فِى اْلوَزْنِ اهـ)
"Wajib bagi setiap orang satu sho’ saat ini sekitar satu mud. Ini untuk Sesuatu yang bisa ditakar. Adapun untuk yang tidak bisa ditakar seperti keju, maka dengan cara ditimbang. (Qoul mushonif “ini” adalah gambaran untuk benda yang bisa ditakar meskipun dalam timbangannya bisa lebih atau kurang)".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar